KONSEP SEJARAH PENDIDIKAN
ISLAM
Pendahuluan
Dunia
Islam saat ini memiliki dua tantangan: tantangan dari dalam diri sendiri
(internal) dan tantangan yang datang dari luar (eksternal). Namun mengatasi
tantangan internal lebih krusial, karena kita kalah sebetulnya bukan karena
musuh kuat, tetapi karena kita lemah. Meskipun musuh kita kuat (dan amat wajar
jika musuh senantiasa berusaha menguatkan dirinya), namun jika kita lebih kuat
niscaya kita tidak akan bisa dikalahkan. Jadi, problem terbesar umat ini adalah
mengatasi tantangan yang ada dalam dirinya sendiri.
Sekarang
ini era global. Setiap negara di muka bumi ini pasti dipengaruhi secara kuat
oleh kekuatan global, atau lebih tepatnya konspirasi global. Tidak terkecuali
dunia Islam. Yang menjadi masalah adalah bahwa kekuatan global saat ini tidak
berada di tangan kita. Dan yang lebih parah lagi adalah ketika kekuatan global
yang ada saat ini memaksakan program “globalisasi” ke dunia Islam. Program ini
tidak lain tujuannya adalah untuk semakin menggencet, menekan, dan melemahkan
dunia Islam. Akan
tetapi, jika dilihat dari perspektif historis umat Islam, sungguh sangat
memprihatinkan. Jumlah pemeluk yang cukup besar, tidak dibarengai dengan peran
yang signifikan dalam menentukan arah peradaban dunia. Bandingkan dengan jumlah
Yahudi yang konon hanya sekitar 50 juta-an di seluruh muka bumi ini, tetapi
kemajuan ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan tidak ada bandingannya dengan
negeri Muslim di manapun.
Dengan demikian pihak terkait hendaknya melakukan tiga langkah untuk mengembangkan pendidikan
islam : 1) konstruksi, maksudnya sejarah disusun, dipahami dan dihayati. 2)
interpretasi, maksudnya sejarah bisa dijadikan pedoman. 3) transformasi, maksudnya
sejarah perlu ditransfer dan dikembangkan.
A.
Pengertian Sejarah Pendidikan Islam
Secara etimologis
perkataan “sejarah” yang dalam bahasa Arabnya disebut tarikh, sirah
atau ilm tarikh, yang berarti ketentuan masa atau waktu, sedang ilmu
tarikh berarti ilmu yang mengandung atau membahas penyebutan peristiwa atau
kejadian, masa atau terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa.[1]
Louis Gottschalk
mengemukakan bahwa hystory (sejarah) berasal dari kata benda Yunani istoria,
yang berarti ilmu.[2]
Sementara itu dalam bahasa indonesia, sejarah berarti silsilah; asal-usul(keturunan);
kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.[3]
Menurut definisi yang
paling umum, kata history kini berarti masa lampau ummat manusia. Bandingkan
dengan kata jerman untuk sejarah, yakni Geschichte, adalah sesuatu yang
telah terjadi.[4]
Sejarah adalah catatan peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada masa lampau (events in the past). Dalam pengertian yang lebih
seksama sejarah adalah kisah dan peristiwa masa lampau umat manusia. Namun
demikian kajian sejarah terlalu luas lingkupnya sehingga menuntut pembatasan
lagi. Oleh karena itu sejarah haruslah diartikan sebagai tindakan manusia dalam
jangka waktu tertentu pada masa lampau yang dilakukan ditempat tertentu.[5]
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa sejarah adalah
catatan tentang masyarakat umat manusia atau peradaban manusia tetang
perubahan-perubahan yang terjadi pada watak masyarakat itu, seperti keliaran,
keramahtamahan.[6]
Adapun pengertian
pendidikan islam, bisa ditinjau dari sempit dan luas. Pengertian sempit adalah
usaha yang dilakukan untuk pentransferan ilmu (knowledge), nilai (value), dan
ketrampilan (skill) berdasarkan ajaran islam dari si terdidik guna terbentuk pribadi
muslim seutuhnya. Hal ini bersifat pembelajaran, dimana ada pendidik, ada
peserta didik, dan ada bahan (materi) yang disampaikan ditunjang dengan
alat-alat yang digunakan. Pendidikan islam dalam arti luas, tidak hanya
terbatas kepada proses pentransferan tiga ranah diatas, akan tetapi mencakup
berbagai hal yang berkenaan dengan pendidikan islam secara luas yang mencakup:
sejarah, pemikiran dan lembaga.[7]
Bila dirangkai,dapat
dirumuskan tentang pengertian sejarah pendidikan islam, yaitu: (a) catatan
peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari sejak
lahir hingga sekarang ini; dan (b) cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, baik dari segi ide dan
konsepsi maupun segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhammad
saw. hingga saat ini.[8]
Pendidikan mempunyai arti
penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat
membantu masyarakat dalam mencapai kemegahan dan kemajuan peradaban. Tidak ada
satu prestasipun tanpa peranan pendidikan. Kejayaan islam pada masa klasik yang
telah meninggalkan jejak kebesaran islam dibidang ekonomi, politik,
intelektualisme, tradisi-tradisi keagamaan, seni dan sebagainya, tidak terlepas
dari dunia pendidikan. Begitu pula dengan sebaliknya.
B.
Obyek dan Metode Sejarah Pendidikan Islam.
Obyek.
Sejarah pendidikan islam
mempunyai objek yakni mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan perkembangan
dan pertumbuhan pendidikan islam baik formal, informal, maupun nonformal. Hal
itu sejalan dengan peranan islam sebagai agama dakwah yang menyeru kepada
kebaikan dan mencegah segala bentuk kemungkaran, dalam rangka menuju kehidupan
yang sejahtera lahir dan batin.[9]
Terdapat dua objek utama
dalam sejarah pendidikan islam yaitu:
1.
Sasaran yang pertama yaitu, konsep dan sifat sejarah
menurut Al- Qur’an. Sasaran utaman tersebut ditransformasikan kedalam konsep
dan sifat kegiatan pendidikan.
2.
Sasaran yang kedua yaitu, sistem pendidikan islam yang
tercatat dalam sejarah kehidupan umat islam.
Gambaran tentang sistem
pendidikan sejak zaman Nabi sampai Zaman Globalisasi dan Post Modernisme ini
akan memberikan kekayaan pengalaman luar biasa bagi umat islam dan menyuguhkan
beragam pola, sifat dan bentuk kegiatan pendidikan untuk dipilih yang terbaik
dan cocok untuk diterpkan dilingkungan pendidikan masing-masing kelompok umat.[10]
Metode
Yang dimaksud dengan
metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritik rekaman dan
peninggalan masa lampau. [11]
Metode lisan (interview)
Dengan metode ini
pelacakan suatu objek sejarah dengan menggunakan interview.
Metode observasi.
Dalam hal ini objek
sejarah diamati secara langsung. Sebelum penelitian dimulai atau pertama kali
terjun ke lapangan maka metode observasi sangat penting untuk digunakan dalam
sebuah penelitian.
Metode dokumenter.
Metode ini berusaha
mempelajari secara cermat dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.
Disamping itu dalam rangka
penulisan SPI, metode yang dapat digunakan adalah metode deskriptif, metode
komparatif, dan metode analisis sintesis.
Metode deskriptif
Dengan metode ini ditunjukkan
untuk menggambarkan adanya pendidikan islam tersebut, maksudnya ajaran islam
sebagai agama samawi yang dibawa Nabi Muhammad yang berhubungan dengan
pendidikan diuraikan sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memahami makna
yang terkandung dalam sejarah tersebut.
Metode komparatif
Metode ini merupakan
metode yang berusaha membandingkan sebuah perkembangan pendidikan idlam dengan
lembaga-lembaga islam lainnya.
Metode analisis sintesis.
Metode ini dilakukan
dengan melihat sosok pendidikan islam secara lebih kritis, ada analisis dan
bahasan yang luas serta ada kesimpulan spesifik.[12]
C.
Kegunaan dan Tujuan mempelajari Sejarah Pendidikan Islam
Dari mengkaji sejarah kita
bisa memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan islam dari zaman
Rasulullah sampai sekarang, mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan,
kemunduran dan kebangkitan dari pendidikan islam.[13]
Dengan adanya sejarah umat
manusia, generasi berikutnya bisa mengambil i’tibar untuk berupaya menjadi
lebih arif. Hal itu dilakukan agar dapat menghantarkan manusia menuju
kebahagiaan, kesentosaan, dan kedamaian. Seperti firman Allah dalam Q.S.
Muhammad ayat 10. Manfaat dari mempelajari sejarah pendidikan islam adalah
ingin menerapkan yang berguna dan menghindarkan yang mendatangkan madharat
dalam bidang pendidikan islam.[14]
Pada dasarnya, minimal ada
dua manfaat dalam studi sejarah pendidikan islam, yaitu:
1.
Manfaat yang bersifat umum.
Sejarah pendidikan islam mempunyai kegunaan sebagai faktor
keteladanan. Seperti yang tersurat dan tersirat pada firman Allah SWT yaitu :
Q.S. Al-Ahzab ayat 21, Q.S. Ali ‘Imron ayat 31, dan Q.S. Al-A’raf ayat 158.
Menurut Munawir Cholil, Tarikh itu bagi masa dapat menjadi
cerminan bagi masa yang baru. Dengan ilmu tarikh akal pikiran manusia dapat
bertambah dan dapat menjadi pokok kemajuan umat.
2.
Manfaat yang bersifat khusus.
Kegunaan yang bersifat khusus adalah yang bersifat
akademis. Kegunaan tersebut antara lain:
a.
Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan
pendidikan islam, sejak zaman lahirnya sampai sekarang.
b.
Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam guna memecahkan
problematika pendidikan islam masa kini.
c.
Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan
sistem pendidikan islam.[15]
Manfaat mempelajari
sejarah pendidikan bagi para calon guru sebagai berikut:
a.
Memperluas wawasan.
b.
Salah satu objek kajian dalam sejarah itu adalah tentang
guru(pendidik), dan murid (peserta didik).
c.
Salah satu tugas guru yang paling berat yaitu menjadi
contoh teladan dalam seluruh aspek kehidupannya, dengan mempelajari sejarah
pendidikan islam maka akan diperkenalkan tentang berbagai nilai yang harus
dijadikan bagian kepribadiannya.
d.
Untuk membentuk sikap arif dan bijaksana dalam pribadi
seorang guru.[16]
Adapun tujuan mempelajari sejarah pendidikan islam
adalah:
Dalam Kongres se-Dunia ke
II tentang pendidikan islam tahun 1980 di Islamabad telah menyatakan bahwa :
Tujuan pendidikan islam
adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (peserta
didik) secara menyeluruh dan seoimbang dengan yang dilakukan melalui latihan
jiwa, akal pikiran(intelektual), diri manusia yang rasional; perasaan dan
indera. Karena itu pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek
fitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah,
dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif; dan mendorong semua aspek
tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir
pendidikanmuslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada
Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.[17]
Tujuan akhir pendidikan
islam adalah insan kamil sebagai khalifatullah fil ardhi, maksudnya mempunyai
tugas mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam hidup dan kehidupan.[18]
Karena pada dasanya
sejarah pendidikan Islam itu hanya mampu mengembangkan kecerdasan spiritualnya,
sehingga untuk mencapai abad mendatang hendaknya dilakukan rekonstruksi dalam
sistem pendidikan ( recontruction educational system) yang tidak hanya
mampu mengembangkan kecerdasan spiritual semata, tetapi kecerdasan akal dan
kecerdasan emosional.
Turun naiknya atau maju mundurnya dunia pendidikan islam
tidak terlepas dari hukum kausalitas yang meliputi pendidikan islam. Pembinaan
dari Rasulullah, semangat para ulama, penguasa, sahabat-sahabat dan umat islam
memajukan kegiatan intelektual islam, dan memotivasi doktrin agama telah
menciptakan kemajuan pendidikan islam. Situasi politik yang mapan dan aman,
serta kehidupan ekonomi yang mantap turut mengantar pendidikan islam mencapai
puncak keemasan. Sebaliknya, kecerobohan, kekacauan, serta kesalahan-kesalahan
yang lain dalam sejarah ternyata berhasil menurunkan posisi kejayaan pendidikan
islam.[19]
Penutup
Penulisan sejarah sebelum
zaman modern didominasi oleh penulisan sejarah politik, peristiwa perang, naik
turunya penguasa, dan lain sebagainya, menjadi fokus utama penulisan sejarah.
Munculnya ilmu pendidikan telah memotivasi umat islam untuk menelusuri perjalan
sejarah pendidikan islam. Teori-teori yang berkaitan dengan dunia pendidikan
besar manfaatnya dalam mengumpulkan fakta-fakta sejarah.
Pendidikan islam terjadi
sejak zaman Rasulullah diangkat menjadi Nabi, beliau sendiri sebagai gurunya.
Pendidikan islam mulai dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah
langsung dari Allah sebagaimana termaktub dalam Q.S. Al Mudatstsir ayat 1-7,
yang juaga disebut sebagai wahyu yang pertama kali turun. Menyeru berarti
mengajak, mengajak berarti mendidik.
Dalam ajaran islam,
pendidikan mendapat posisi yang sangat penting dan tinggi, karena pendidikan
merupakan salah satu perhatian sentral masyarakat. Tanpa pendidikan, manusia
sekarang tidak akan beda dengan manusia lampau. Oleh karena itu, lembaga
pendidikan hendaknya lebih mampu mengantarkan peserta didik untuk melaksanakan
tugas sebagai khalifatullah fil ardhi.
DAFTAR PUSTAKA
Asrohah, Hanun, 1999. Sejarah Pendidikan Islam,
Cet. 1, Jakarta: Logos.
Haidar Putra Daulay dan Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam
Dalam Lintasan Sejarah : Kajian dari Zaman Pertumbuhan Sampai Kebangkitan,
Cet. 1, Jakarta: Kencana, 2013
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia :
Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Cet. 3, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 1999
Mansur, Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat
Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Nizar, Samsul, Haji, Filsafat Pendidikan Islam
Pendekatan Historis, Cet. 1, Teoritis dan Praktis, Jakarta: Ciputat Pers,
2002.
Soekarno, Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat
Pendidikan Islam, Cet. 2, Bandung: Angkasa, 1990.
Prof.
Dr. H. Sanusi Uwes, M.Pd J u r n
a l T a r b i y a UIN SGDBandung
Vol. 1, No. 1, Tahun 2012
[1] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di
Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan
Perkembangan (Jakarta: PT Raja GrafindoPersada) hlm. 7
[2] Soekarno dan Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat
Pendidikan Islam (Bandung:
Angkasa) hlm. 3
[5] Mansur, Mahfud Junaedi, Rekonstruksi Sejarah
Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta:
Departemen AgamaRI) hlm. 1
[6] Haidar
Putra Daulay dan Hj. Nurgaya Pasa, Pendidikan Islam dalam Lintasan
Sejarah:
Kajian dari Zaman Pertumbuhan sampai Kebangkitan(Jakarta: Kencana) hlm. 1
[7] Haidar Putra Daulay, Op. Cit. hlm 3
[8] Hasbullah. Op. Cit. Hlm. 8-9
[9] Mansur dan Mahfud Junaedi, Op. Cit.
Hlm. 4
[10] Prof. Dr. H. Sanusi Uwes, Jurnal
Tarbiya UIN SGD Bandung Vol. 1, No. 1, Tahun
2012
[11] Haidar Putra Daulay, Op. Cit. Hlm.
5
[12] Mansur dan Mahfud Junaed, Op. Cit. Hlm.
4-6
[13] Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam,
Cet. 1 (Jakarta: Logos) hlm.
[14] Haidar Putra, Op. Cit. Hlm. 6-7
[15] Hasbullah, Op. Cit. Hlm. 13
[16] Haidar Putra Daulay, Op. Cit. Hlm.
9
[17] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam:
Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
(Jakarta: Ciputat Pers)hlm 37.
[18] Mansur dan Mahfud Junaed, Op. Cit.
Hlm. 8
[19] Hanun Asrahah, Op. Cit, hlm. 11
No comments:
Post a Comment