Telaah Materi Qur’an
Hadits SMP Kelas VII, VIII, dan IX Semester Gasal
Setiap
manusia yang hidup di dunia ini tidak akan pernah terlepas dari masalah. Salah
satu penyebabnya adalah ketidakmampuan dan kurang informasi mengenai masalah
yang dihadapi dan cara penyelesaiannya.
Sebagai
calon Guru PAI, Mahasiswa Jurusan PAI diharapkan memiliki pengetahuan yang luas
dan menguasai materi-materi PAI baik yang ada di SMP, MTs, maupun SMA. Oleh
karena itu, Makalah ini disajikan sebagai upaya memberikan gambaran tentang
Materi PAI yang ada di SMP.
A. Materi
Qur’an Hadits Kelas VII Semester Gasal
Pada
semester ini materi Qur’an Hadits meliputi beberapa hal berikut ini.
1.
Membaca Surat
Ar-Rahman ayat 33
يٰـمَعْشَرَ
الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَاتَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطنِ ﴿33﴾
2.
Membaca Surat
Al-Mujadalah ayat 11
يٰـاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجٰلِسِ
فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْج وَاِذَا قِيْلَ انْشُّزُوْا
فَانْشُّزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ
اُوْتُواالْعِلمَ دَرَجٰـتٍۗ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ﴿11﴾
3.
Menerapkan Hukum
Bacaan Panjang/ Mad
Mad artinya panjang, yaitu membaca
panjang pada huruf-huruf yang memiliki kriteria mad. Ada dua macam mad, yaitu
mad tabi’I dan mad far’i. Bagian ini hanya akan membahas mad tabi’I atau mad
asli.
Mad tabi’I artinya bacaan panjang
dua harakat atau dua ketukan. Ketentuan bacaan mad sebagai berikut.
a.
Huruf alif; apabila ada alif
didahului tanda baca (harakat) fathah atau fathah ada huruf
berharakat fathah berdiri. Contoh : اِيَّاكَ –
ملِكِ
b.
Huruf Wawu; apabila ada
huruf wawu sukun didahului harakat dhummah. Contoh : اَلْمَغْضُوْبِ
c.
Huruf Ya’; apabila ada
huruf ya sukun didahului harakat kasrah. Contoh: اَلَّذِيْنَ
4.
Mengartikan
a. Mengartikan
Surat Ar-Rahman ayat 33
1) Arti
Mufrodat (kosa kata/ kalimat)
Lafal
|
Arti
|
Lafal
|
Arti
|
يـٰمَعْشَرَ
|
Wahai golongan
|
الْجِنِّ
وَالْاِنْسِ
|
Jin dan
Manusia
|
اِنِ
اسْتَطَعْتُمْ
|
Jika kalian
sanggup
|
اَنْ
تَنْفُذُوْا
|
Untuk menembus
|
مِنْ
اَقْطَارِ
|
Dari sebagian
penjuru
|
السَّمٰوٰتِ
وَالْاَرْضِ
|
Langit dan Bumi
|
فَانْفُذُوْاۗ
|
Maka tembuslah
|
لَاتَنْفُذُوْنَ
|
Kalian tidak
akan menembusnya
|
اِلَّا
بِسُلْطنِ
|
Kecuali dengan
kekuasaan Allah
|
2) Terjemahan
Ayat
“ Wahai golongan Jin
dan Manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi,
maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari
Allah).” (QS. Ar-Rahman : 33)
b. Mengartikan
Surat Al-Mujadalah ayat 11
1) Arti
Mufrodat (kosa kata/ kalimat)
Lafal
|
Arti
|
Lafal
|
Arti
|
يٰـاَيُّهَا
الَّذِيْنَ
|
Wahai
orang-orang yang
|
اٰمَنُوْا
|
Mereka beriman
|
اِذَا
قِيْلَ لَكُمْ
|
Apabila
dikatakan kepada kalian
|
تَفَسَّحُوا
|
Berlapang-lapanglah
kalian
|
فِي
الْمَجٰلِسِ
|
Di dalam
majlis
|
فَافْسَحُوْا
|
Maka
berlapang-lapanglah
|
انْشُّزُوْا
|
Berdirilah
kalian
|
فَانْشُّزُوْا
|
Maka
berdirilah
|
يَرْفَعِ
اللهُ
|
Allah
mengangkat
|
مِنْكُمْ
|
Di antara
kalian
|
اُوْتُواالْعِلمَ
|
Orang yang
berilmu
|
دَرَجٰـتٍۗ
|
Beberapa
derajat
|
بِمَا
تَعْمَلُوْنَ
|
Dengan apa
yang kamu kerjakan
|
خَبِيْرٌ
|
Allah
Mahateliti
|
2) Terjemahan
Ayat
“Wahai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majlis-majlis,
maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila
dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat
(derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
beberapa derajat. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Sl-Mujadalah:
11)
5.
Kandungan Surah
Ar-Rahman ayat 33 serta Hadis Terkait
Ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu
pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat
mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat
menjelajahi angkasa raya.
Manusia diberi potensi oleh Allah
Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar
dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang
baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
Nabi Muhammad saw. bersabda:
عَنْ
أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ t قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلى كُلِّ مُسْلِمٍ (رواه ابن ماجه)
“Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata,
Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang
Islam”. (H.R. Ibn Majah)
Tentang pentingnya menuntut ilmu,
Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:
“Barang
siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang
menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.”
Nasihat Imam Syafi‘i tersebut
mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di
akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang
harus dilalui.
Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam
kitab Diwan menegaskan yang artinya:
“Saudaraku,
engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu:
kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan
kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.”
6. Kandungan
Surah Al-Mujadalah ayat 11 serta Hadis Terkait
Surah al-Mujadalah ayat 11
menjelaskan keutamaan orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan karena orang
yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain,
diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi
dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih
tinggi di banding orang yang tidak berilmu.
Akan tetapi perlu diingat bahwa
orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu,
keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat.
Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan
tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.[1]
B. Materi
Qur’an Hadits Kelas VIII Semester Gasal
Pada
semester ini materi Qur’an Hadits meliputi beberapa hal berikut ini.
1.
Qalqalah
Qalqalah menurut bahasa berarti
memantul atau getaran suara. Menurut ilmu tajwid, qalqalah adalah membunyikan
huruf-huruf tertentu pada kalimat dengan suara memantul dari makhraj huruf
tertentu, baik karena terdapat harakat sukun asli maupun fathah, dammah, atau
kasrah, tetapi disukunkan karena tanda waqaf (berhenti).
Adapun huruf hijaiyah yang termasuk
dalam huruf qalqalah ada lima, yaitu ق ط ب ج د
dan
atau sering disebut قَطْبُ
جَدٍ.
Qalqalah dibagi menjadi
dua macam, yaitu qalqalah sugra dan kubra.
a.
Qalqalah Sugra (قلقلة
صغرى)
Qalqalah
sugra adalah qalqalah yang terjadi karena ada huruf qalqalah yang berharakat
sukun asli dan berada di tengah kata. Qalqalah berarti memantulkan bunyi huruf,
sedangkan sugra berarti kecil. Cara membaca qalqalah sugra adalah dengan
pantulan yang tidak kuat (lemah).
Contoh:
(قْ) خَلَقْنَا (طْ) اَطْمَعَهُمْ
(بْ) اِبْرَاهِيْمَ (جْ) يَجْعَلُوْنَ (دْ) مُدْخَلَ
b. Qalqalah
Kubra ( )
Qalqalah
kubra adalah qalqalah yang terjadi karena adanya huruf qalqalah yang berharakat
sukun asli pada akhir kata atau berharakat hidup, tetapi terdapat tanda waqaf.
Kubra berarti besar. Qalqalah kubra berarti memantulkan bunyi huruf qalqalah
tersebut dengan suara pantulan yang kuat.[2]
Contoh:
(قْ) بِحَقِّ % (طْ) مُحِيْطٌ
%
(بْ) الْحِسَاب % (جْ) الْبُرُوْجُ
% (دْ) لَشَهِيْدٌ
%
2.
Hukum Ra
Dalam membaca huruf ra (ر), ada
tiga cara, yaitu tarqiq (ترقيق), tafkhim (تفخيم), dan
Jawazul wajhain (جوازالوجهين)
a. Ra
Tarqiq
Huruf
ra (ر) dibaca
tarqiq (tipis) apabila berada beberapa keadaan
sebagai berikut.
1) Ra
yang berharakat kasrah atau kasrah tanwin
Contoh : اَلْمَشْرِقِ
– اَلْمَغْرِبِ - حِجْرٍ
2)
Ra yang berharakat sukun yang
didahului huruf berharakat kasrah, sedangkan huruf berikutnya bukan huruf
isti’la’ (استعلاء). Huruf isti’la ada tujuh, yaitu خ ص ض
ط ظ غ ق.
Contoh: فِرْدَوْسِ
- فَذَكِّرْ
3) Ra
yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat kasrah.
Contoh: اَنْتَ
مُذَكِّرٌ
4) Ra
yang diwaqafkan dan didahului huruf yang berharakat sukun juga dibaca tarqiq
(tipis).
Contoh: لِذِيْ
حِجْرٍ
5)
Ra yang diwaqafkan didahului
huruf ya sukun (يْ)
Contoh: ذَالِكَ
خَيْرٌ – يَوْمَئِذٍ لَخَبِيْرٌ
b. Ra
Tafkhim
Ra
dibaca tafkhim (tebal) apabila berada dalam beberapa keadaan sebagai berikut.
1) Ra
berharakat fathah, fathah tawin, dhummah, atau dhummah tanwin.
Contoh: رَسُوْلٌ – رُوَيْدًا
– قَدِيْرًا - نَذِيْرٌ
2) Ra
berharakat sukun , sedangkan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dammah.
Contoh: اَرْسَلَ –
زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
3) Ra
yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat atau dammah, dapat juga di
antara ra yang diwaqafkan dan huruf berharakat fathah atau dammah berharakat
sukun.
Contoh: الْكَوْثَرَ
– بِالضَّبْرِ – وَدُسُرُ
4) Ra
yang diwaqafkan dan didahului huruf alif atau wawu sukun
Contoh: اِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُوْرِ – مَعَ الْاَبْرَارِ
c. Jawazul
Wajhain
Jawazul
wajhain berarti dua wajah. Artinya, ra boleh dibaca dengan tarqiq (tipis) atau
tafkhim (tebal). Ra sebagai jawazul wajhain apabila berharakat sukun, sedangkan
huruf sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya terdapat huruf isti’la’.[3]
Contoh: مِرْصَادٌ –
قِرْطَاسٌ
C. Materi
Qur’an Hadits Kelas IX Semester Gasal
Pada
semester ini materi Qur’an Hadits meliputi beberapa hal berikut ini.
1.
Membaca Surat
At-Tin
وَالتِّيْنِ
وَالزَّيْتُوْنَ ﴿1﴾ وَطُؤْرِسِيْنِيْنَ ﴿2﴾ وَهٰذَالْبَلَدِ الْاَمِيْنِ ﴿3﴾
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ ﴿4﴾ ثُمَّ رَدَدْنٰهُ
اَسْفَلَ سَفِلِيْنَ ﴿5﴾ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ
فَلَهُمْ اَجْرٌ غَثْرُ مَمْنُوْنٍ ﴿6﴾ فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدَّيْنِ ﴿7﴾
اَلَيْسَ اللهُ بِاَحْكَمِ الْحَاكَمِيْنَ ﴿8﴾
2.
Arti Mufrodat
(Kosa Kata/ Kalimat)
Lafal
|
Arti
|
Lafal
|
Arti
|
وَ
|
demi
|
التِّيْنِ
|
buah pohon Tin
|
وَالزَّيْتُوْنَ
|
buah pohon
zaitun
|
وَطُؤْرِ
|
dan gunung
|
سِيْنِيْنَ
|
sinai/sinin
|
الْبَلَدِ
|
kota/negeri
Mekah
|
الْاَمِيْنِ
|
aman
|
اَحْسَنِ
|
sebaik-baik
|
تَقْوِيْمٍ
|
bentuk
|
رَدَدْنٰهُ
|
Kami
kembalikan dia
|
اَسْفَلَ
|
lebih rendah
|
اِلَّا
|
kecuali/melainkan
|
اٰمَنُوْا
|
mereka beriman
|
وَعَمِلُوا
|
dan mereka
beramal
|
الصّٰلِحٰتِ
|
kebaikan/saleh
|
فَلَهُمْ
|
bagi mereka
|
اَجْرٌ
|
pahala
|
غَثْرُ
|
tidak
|
مَمْنُوْنٍ
|
terputus
|
الدَّيْنِ
|
hari
pembalasan
|
اَحْكَمِ
|
paling
adil/bijaksana
|
الْحَاكَمِيْنَ
|
Hakim
|
3.
Terjemahan Surah
At-Tin
1)
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun; 2) Demi gunung Sinai,; 3) Dan demi negeri
(Mekah) yang aman ini; 4) Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya; 5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang
serendah-rendahnya,pahala yang tidak ada putus-putusnya.; 6) Kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada
putus-putusnya.; 7) Maka apakah yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu
(tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu?; 8)
Bukankah Allah Hakim yang paling adil? (Q.S. At-Tin: 1-8)
4.
Penjelasan Surah
At-Tin
At-Tin menurut Imam Muhammad Abduh
adalah pohon tempat Nabi Adam a.s. bernaung di surga. Adapun Az-Zaitun adalah
pohon yang merupakan pertanda surutnya banjir pada zaman Nabi Nuh a.s. Ketika Nabi
Nuh a.s. mengutus seekor burung dan kembali membawa daun zaitun yang membuat
Nuh a.s. merasa gembira karena hal ini menandakan banjir bandang mulai surut
dari permukaan bumi. Sekaligus sebagai pertanda redanya kemurkaan Allah dengan
mengizinkan bumi menelan air bah agar bumi bisa dihuni kembali oleh umat
manusia.
Pohon Tin dan Zaitun, mengingatkan
kita pada dua masa, yaitu masa Nabi Adam a.s. sebagai bapak manusia pertama,
dan masa Nabi Nuh a.s. sebagai bapak manusia kedua. Kemudian Allah bersumpah
pula memakai masa Nabi Musa a.s. dan masa Nabi Muhammad saw.
Dalam surah ini Allah bersumpah
memakai empat masa, antara lain sebagai berikut.
a.
Masa Nabi Adam a.s. “وَالتِّيْنِ”, yaitu
pohon Tin tempat Nabi Adam a.s. bernaung di dalam surga.
b.
Masa Nabi Nuh a.s. “وَالزَّيْتُوْنَ” Pohon
Zaitun pada masa Nuh a.s. sebagai tanda banjir bandang mulai surut.
c.
Masa Nabi Musa a.s. “وَطُؤْرِسِيْنِيْنَ ”. Gunung
Sinai tempat Nabi Musa as menerima kitab Taurat yang mengajarkan ajaran Tauhid,
yang telah dikotori oleh akidah watsaniyah (keyakinan keberhalaan) sebelumnya.
d.
Masa Nabi Muhammad saw. “وَهٰذَالْبَلَدِ
الْاَمِيْنِ ”. Kota Mekah yang aman yang dimuliakan Allah dengan kelahiran
Nabi Muhammad saw. dan keberadaan Ka’bah di sana.
Ar-Raghib Al-Ashfahani menyatakan
bahwa kata taqwim di sini sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia
dibandingkan dengan binatang, yaitu akal pemahaman dan bentuk fisiknya yang
tegak dan lurus. Jadi, kalimat ahsani taqwim berarti dalam bentuk fisik dan
psikis yang sebaik-baiknya sehingga manusia dapat melaksanakan fungsinya sebaik
mungkin.
Apabila manusia hanya memerhatikan
dan melayani kebutuhan jasmaninya saja dan tidak beramal saleh, manusia akan
dikembalikan ke tempat yang paling rendah dan hina, yaitu neraka.
Berdasarkan firman di atas
menunjukkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Oleh karena
itu, kita sebagai ciptaan yang mulia harus senantiasa beriman dan beramal saleh
dalam kehidupan sehari-hari.[4]
5.
Perintah
Menuntut Ilmu
Islam mendidik umatnya untuk
senantiasa belajar atau mencari ilmu. Hal itu terbukti dengan turunnya
Al-Qur’an Surah Al-’Alaq ayat 1-5 yang berisi tentang perintah membaca.
Selain ayat-ayat Al-Qur’an, banyak
juga hadis yang menjelaskan perintah menuntut ilmu. Di antara hadis tersebut
adalah hadis riwayat Ibnu Abdil Barr.
a. Lafal
Hadis
عَنْ
اٰنَسٍ t
اَنَّ النَّبِيَّ r قَالَ : اُطْلُبُواالْعِلْمَ وَلَوْ
بِالصِّيْنِ. فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ اِنَّ
الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ (رواه
ابن عبد البر)
Artinya:
Dari
Anas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Carilah ilmu walaupun sampai ke
negeri Cina. Sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam.
Sungguh, para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang-orang yang
menuntut ilmu dengan rasa senang terhadap apa yang dicarinya.”
(H.R. Ibnu Abdil Barr)
b. Penjelasan
Hadis
Hadis yang diriwayatkan
Ibnu Abdil Barr menjelaskan kepada kita bahwa mencari ilmu
itu wajib bagi setiap muslim. Perintah wajib itu ditunjukkan
adanya fi’il amr yang ada di awal hadis, yaitu yang artinya
carilah.
Ilmu tersebut merupakan
syarat mutlak diterimanya ibadah seseorang di samping
syarat iman kepada Allah. Ilmu-ilmu yang lain, seperti kedokteran,
ekonomi, dan matematika merupakan suatu keutamaan.
Hadis di atas
menyebutkan bahwa mencari ilmu itu wajib walaupun sampai
ke negeri Cina. Letak negara Cina jauh dari Arab. Artinya, dalam mencari
ilmu, kita wajib melakukannya meskipun tempatnya jauh. Di samping
itu, Cina memunyai peradaban yang maju. Peradaban itu, tentu dalam
kemajuan ilmu teknologi, bukan ilmu yang berkaitan dengan ibadah
kepada Allah swt. Dengan demikian, Rasulullah saw. Selain memerintahkan
kita untuk mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata
cara pelaksanaan ibadah kepada Allah swt. juga memerintahkan kita
untuk mengetahui ilmu-ilmu yang mendukung kehidupan kita di dunia.
c. Manfaat
Menuntut Ilmu
Menuntut ilmu membawa manfaat
sebagai berikut.
1) Orang
yang mencari ilmu memperoleh pahala seperti orang yang berjihad.
2) Menuntut
ilmu memunyai kebaikan lebih baik daripada salat seratus rakaat.
3) Orang
yang suka mencari ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga dan dinaungi para
malaikat.
d. Keutamaan
Orang Berilmu
Islam mewajibkan umatnya untuk
menuntut ilmu. Hal itu dimaksudkan agar umat Islam memunyai kedudukan dan
kehormatan dalam kehidupan sehingga menjadi umat yang utama. Orang berilmu
mendapatkan kedudukan yang istimewa dalam Islam. Selain itu, dengan ilmu umat
Islam akan lebih khusyuk dalam melakukan ibadah.
e. Keistimewaan
Orang Berilmu
Keistimewaan orang berilmu antara lain
sebagai berikut:
1) Memperoleh
derajat yang tinggi dari Allah swt.
2) Memiliki
bekal hidup di dunia dan akhirat
3) Memperoleh
doa keselamatan dari Allah, para malaikat, dan seluruh penghuni langit serta
bumi, bahkan semut di liangnya dan ikan-ikan di lautan
4) Memperoleh
keselamatan dari laknat Allah swt.
5) Memunyai
rasa takut kepada Allah swt. karena mengetahui kekuasaan-Nya.
6) Mampu
menerima pelajaran dari wahyu Allah swt.[5]
Penutup
Materi Qur’an Hadits SMP Kelas VII
adalah sebagai berikut.
1.
Membaca Surat
Ar-Rahman ayat 33
2.
Membaca Surat
Al-Mujadalah ayat 11
3.
Menerapkan Hukum
Bacaan Panjang/ Mad
4.
Mengartikan
5.
Kandungan Surah
Ar-Rahman ayat 33 serta Hadis Terkait
6. Kandungan
Surah Al-Mujadalah ayat 11 serta Hadis Terkait
Materi Qur’an Hadits
SMP Kelas VIII adalah sebagai berikut.
1.
Qalqalah
2.
Hukum Ra
Materi Qur’an Hadits
SMP Kelas IX adalah sebagai berikut.
1.
Membaca Surat
At-Tin
2.
Arti Mufrodat
(Kosa Kata/ Kalimat)
3.
Terjemahan Surah
At-Tin
4.
Penjelasan Surah
At-Tin
5.
Perintah
Menuntut Ilmu
[1] Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk Kelas VII,
(Jakarta: Politeknik Negeri Media
Kreatif, 2013), hlm. 3-7
[2] Kementerian Pendidikan
Nasional, Pendidikan Islam: Studi dan Pengajaran Untuk Kelas VIII,
(Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010),
hlm. 3-9
[3] Kementerian Pendidikan
Nasional, Pendidikan Islam: Studi dan Pengajaran Untuk Kelas IX,
(Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010),
hlm. 1-9
[4]
Ibid., hlm. 4-5
[5]
Ibid., hlm. 13-20
Bagus pelajaran dan kewibuan menyatu yaa:)
ReplyDeleteYa luamayqn bagus
ReplyDeleteYav
ReplyDelete