Telaah Materi Qur’an Hadits SMP Kelas VII, VIII, dan IX Semester Gasal



Telaah Materi Qur’an Hadits SMP Kelas VII, VIII, dan IX Semester Gasal

            Setiap manusia yang hidup di dunia ini tidak akan pernah terlepas dari masalah. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan dan kurang informasi mengenai masalah yang dihadapi dan cara penyelesaiannya.
            Sebagai calon Guru PAI, Mahasiswa Jurusan PAI diharapkan memiliki pengetahuan yang luas dan menguasai materi-materi PAI baik yang ada di SMP, MTs, maupun SMA. Oleh karena itu, Makalah ini disajikan sebagai upaya memberikan gambaran tentang Materi PAI yang ada di SMP.

A.    Materi Qur’an Hadits Kelas VII Semester Gasal
      Pada semester ini materi Qur’an Hadits meliputi beberapa hal berikut ini.
1.      Membaca Surat Ar-Rahman ayat 33
يٰـمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ اِنِ اسْتَطَعْتُمْ اَنْ تَنْفُذُوْا مِنْ اَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ فَانْفُذُوْاۗ لَاتَنْفُذُوْنَ اِلَّا بِسُلْطنِ ﴿33﴾
2.      Membaca Surat Al-Mujadalah ayat 11
يٰـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْج وَاِذَا قِيْلَ انْشُّزُوْا فَانْشُّزُوْا يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ اُوْتُواالْعِلمَ دَرَجٰـتٍۗ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ﴿11﴾
3.      Menerapkan Hukum Bacaan Panjang/ Mad
            Mad artinya panjang, yaitu membaca panjang pada huruf-huruf yang memiliki kriteria mad. Ada dua macam mad, yaitu mad tabi’I dan mad far’i. Bagian ini hanya akan membahas mad tabi’I atau mad asli.
            Mad tabi’I artinya bacaan panjang dua harakat atau dua ketukan. Ketentuan bacaan mad sebagai berikut.
a.       Huruf alif; apabila ada alif didahului tanda baca (harakat) fathah atau fathah ada huruf berharakat fathah berdiri. Contoh : اِيَّاكَ – ملِكِ
b.      Huruf Wawu; apabila ada huruf wawu sukun didahului harakat dhummah. Contoh : اَلْمَغْضُوْبِ
c.       Huruf Ya’; apabila ada huruf ya sukun didahului harakat kasrah. Contoh: اَلَّذِيْنَ
4.      Mengartikan
a.       Mengartikan Surat Ar-Rahman ayat 33
1)      Arti Mufrodat (kosa kata/ kalimat)
Lafal
Arti
Lafal
Arti
يـٰمَعْشَرَ
Wahai golongan
الْجِنِّ وَالْاِنْسِ
Jin dan Manusia
اِنِ اسْتَطَعْتُمْ
Jika kalian sanggup
اَنْ تَنْفُذُوْا
Untuk menembus
مِنْ اَقْطَارِ
Dari sebagian penjuru
السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ
Langit dan Bumi
فَانْفُذُوْاۗ
Maka tembuslah
لَاتَنْفُذُوْنَ
Kalian tidak akan menembusnya
اِلَّا بِسُلْطنِ
Kecuali dengan kekuasaan Allah

2)      Terjemahan Ayat
“ Wahai golongan Jin dan Manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah! Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah).” (QS. Ar-Rahman : 33)
b.      Mengartikan Surat Al-Mujadalah ayat 11
1)      Arti Mufrodat (kosa kata/ kalimat)
Lafal
Arti
Lafal
Arti
يٰـاَيُّهَا الَّذِيْنَ
Wahai orang-orang yang
اٰمَنُوْا
Mereka beriman
اِذَا قِيْلَ لَكُمْ
Apabila dikatakan kepada kalian
تَفَسَّحُوا
Berlapang-lapanglah kalian
فِي الْمَجٰلِسِ
Di dalam majlis
فَافْسَحُوْا
Maka berlapang-lapanglah
انْشُّزُوْا
Berdirilah kalian
فَانْشُّزُوْا
Maka berdirilah
يَرْفَعِ اللهُ
Allah mengangkat
مِنْكُمْ
Di antara kalian
اُوْتُواالْعِلمَ
Orang yang berilmu
دَرَجٰـتٍۗ
Beberapa derajat
بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Dengan apa yang kamu kerjakan
خَبِيْرٌ
Allah Mahateliti
2)      Terjemahan Ayat
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majlis-majlis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. Sl-Mujadalah: 11)
5.      Kandungan Surah Ar-Rahman ayat 33 serta Hadis Terkait
            Ayat ini menjelaskan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan umat manusia. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat mengetahui benda-benda langit. Dengan ilmu pengetahuan, manusia dapat menjelajahi angkasa raya.
            Manusia diberi potensi oleh Allah Swt. berupa akal. Akal ini harus terus diasah, diberdayakan dengan cara belajar dan berkarya. Dengan belajar, manusia bisa mendapatkan ilmu dan wawasan yang baru. Dengan ilmu, manusia dapat berkarya untuk kehidupan yang lebih baik.
            Nabi Muhammad saw. bersabda:
عَنْ أَنَسِ ابْنِ مَالِكٍ t قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ r طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلى كُلِّ مُسْلِمٍ (رواه ابن ماجه)
Dari Anas ibn Malik r.a. ia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Menuntut ilmu itu adalah kewajiban bagi setiap orang Islam”. (H.R. Ibn Majah)
            Tentang pentingnya menuntut ilmu, Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan juga menegaskan:
Barang siapa yang menghendaki dunia, maka harus dengan ilmu. Barang siapa yang menghendaki akhirat maka harus dengan ilmu.
            Nasihat Imam Syafi‘i tersebut mengisyaratkan bahwa kemudahan dan kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat dapat dicapai oleh manusia melalui ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tidak akan mudah diperoleh, kecuali dengan beberapa cara dan strategi yang harus dilalui.
            Dalam hal ini Imam Syafi‘i dalam kitab Diwan menegaskan yang artinya:
Saudaraku, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali setelah memenuhi enam syarat, yaitu: kecerdasan, kemauan yang kuat, kesungguhan, perbekalan yang cukup, dan kedekatan dengan guru dalam waktu yang lama.
6.      Kandungan Surah Al-Mujadalah ayat 11 serta Hadis Terkait
            Surah al-Mujadalah ayat 11 menjelaskan keutamaan orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan karena orang yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan luas akan dihormati oleh orang lain, diberi kepercayaan untuk mengendalikan atau mengelola apa saja yang terjadi dalam kehidupan ini. Ini artinya tingkatan orang yang beriman dan berilmu lebih tinggi di banding orang yang tidak berilmu.
            Akan tetapi perlu diingat bahwa orang yang beriman, tetapi tidak berilmu, dia akan lemah. Oleh karena itu, keimanan seseorang yang tidak didasari atas ilmu pengetahuan tidak akan kuat. Begitu juga sebaliknya, orang yang berilmu, tetapi tidak beriman, ia akan tersesat. Karena ilmu yang dimiliki bisa jadi tidak untuk kebaikan sesama.[1]
B.     Materi Qur’an Hadits Kelas VIII Semester Gasal
      Pada semester ini materi Qur’an Hadits meliputi beberapa hal berikut ini.
1.      Qalqalah
            Qalqalah menurut bahasa berarti memantul atau getaran suara. Menurut ilmu tajwid, qalqalah adalah membunyikan huruf-huruf tertentu pada kalimat dengan suara memantul dari makhraj huruf tertentu, baik karena terdapat harakat sukun asli maupun fathah, dammah, atau kasrah, tetapi disukunkan karena tanda waqaf (berhenti).
            Adapun huruf hijaiyah yang termasuk dalam huruf qalqalah ada lima, yaitu ق ط ب ج د dan atau sering disebut  قَطْبُ جَدٍ.
        Qalqalah dibagi menjadi dua macam, yaitu qalqalah sugra dan kubra.
a.       Qalqalah Sugra (قلقلة صغرى)
      Qalqalah sugra adalah qalqalah yang terjadi karena ada huruf qalqalah yang berharakat sukun asli dan berada di tengah kata. Qalqalah berarti memantulkan bunyi huruf, sedangkan sugra berarti kecil. Cara membaca qalqalah sugra adalah dengan pantulan yang tidak kuat (lemah).
Contoh:
(قْ)   خَلَقْنَا        (طْ)  اَطْمَعَهُمْ
(بْ)  اِبْرَاهِيْمَ        (جْ)   يَجْعَلُوْنَ       (دْ)   مُدْخَلَ
b.      Qalqalah Kubra ( )
      Qalqalah kubra adalah qalqalah yang terjadi karena adanya huruf qalqalah yang berharakat sukun asli pada akhir kata atau berharakat hidup, tetapi terdapat tanda waqaf. Kubra berarti besar. Qalqalah kubra berarti memantulkan bunyi huruf qalqalah tersebut dengan suara pantulan yang kuat.[2]
Contoh:
(قْ)   بِحَقِّ %      (طْ)  مُحِيْطٌ %
(بْ)  الْحِسَاب % (جْ)   الْبُرُوْجُ %   (دْ)   لَشَهِيْدٌ %

2.      Hukum Ra
            Dalam membaca huruf ra (ر), ada tiga cara, yaitu tarqiq (ترقيق), tafkhim (تفخيم), dan Jawazul wajhain (جوازالوجهين)
a.       Ra Tarqiq
      Huruf ra (ر) dibaca tarqiq (tipis) apabila berada  beberapa keadaan sebagai berikut.

1)      Ra yang berharakat kasrah atau kasrah tanwin
Contoh : اَلْمَشْرِقِ – اَلْمَغْرِبِ - حِجْرٍ
2)      Ra yang berharakat sukun yang didahului huruf berharakat kasrah, sedangkan huruf berikutnya bukan huruf isti’la’ (استعلاء). Huruf isti’la ada tujuh, yaitu خ ص ض ط ظ غ ق.
Contoh: فِرْدَوْسِ - فَذَكِّرْ
3)      Ra yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat kasrah.
Contoh: اَنْتَ مُذَكِّرٌ ۝
4)      Ra yang diwaqafkan dan didahului huruf yang berharakat sukun juga dibaca tarqiq (tipis).
Contoh: لِذِيْ حِجْرٍ ۝
5)      Ra yang diwaqafkan didahului huruf ya sukun (يْ)
Contoh: ذَالِكَ خَيْرٌ ۝ – يَوْمَئِذٍ لَخَبِيْرٌ ۝
b.      Ra Tafkhim
      Ra dibaca tafkhim (tebal) apabila berada dalam beberapa keadaan sebagai berikut.
1)      Ra berharakat fathah, fathah tawin, dhummah, atau dhummah tanwin.
Contoh: رَسُوْلٌ – رُوَيْدًا – قَدِيْرًا - نَذِيْرٌ
2)      Ra berharakat sukun , sedangkan huruf sebelumnya berharakat fathah atau dammah.
Contoh: اَرْسَلَ – زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ
3)      Ra yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya berharakat atau dammah, dapat juga di antara ra yang diwaqafkan dan huruf berharakat fathah atau dammah berharakat sukun.
Contoh: الْكَوْثَرَ ۝ – بِالضَّبْرِ ۝ – وَدُسُرُ ۝
4)      Ra yang diwaqafkan dan didahului huruf alif atau wawu sukun
Contoh: اِلَّا مَتَاعُ الْغُرُوْرِ ۝ – مَعَ الْاَبْرَارِ ۝
c.       Jawazul Wajhain
      Jawazul wajhain berarti dua wajah. Artinya, ra boleh dibaca dengan tarqiq (tipis) atau tafkhim (tebal). Ra sebagai jawazul wajhain apabila berharakat sukun, sedangkan huruf sebelumnya berharakat kasrah dan sesudahnya terdapat huruf isti’la’.[3]
Contoh: مِرْصَادٌ – قِرْطَاسٌ
C.     Materi Qur’an Hadits Kelas IX Semester Gasal
      Pada semester ini materi Qur’an Hadits meliputi beberapa hal berikut ini.
1.      Membaca Surat At-Tin
وَالتِّيْنِ وَالزَّيْتُوْنَ ﴿1﴾ وَطُؤْرِسِيْنِيْنَ ﴿2﴾ وَهٰذَالْبَلَدِ الْاَمِيْنِ ﴿3﴾ لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ ﴿4﴾ ثُمَّ رَدَدْنٰهُ اَسْفَلَ سَفِلِيْنَ ﴿5﴾ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَلَهُمْ اَجْرٌ غَثْرُ مَمْنُوْنٍ ﴿6﴾ فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدَّيْنِ ﴿7﴾ اَلَيْسَ اللهُ بِاَحْكَمِ الْحَاكَمِيْنَ ﴿8﴾
2.      Arti Mufrodat (Kosa Kata/ Kalimat)
Lafal
Arti
Lafal
Arti
وَ
demi
التِّيْنِ
buah pohon Tin
وَالزَّيْتُوْنَ
buah pohon zaitun
وَطُؤْرِ
dan gunung
سِيْنِيْنَ
sinai/sinin
الْبَلَدِ
kota/negeri Mekah
الْاَمِيْنِ
aman
اَحْسَنِ
sebaik-baik
تَقْوِيْمٍ
bentuk
رَدَدْنٰهُ
Kami kembalikan dia
اَسْفَلَ
lebih rendah
اِلَّا
kecuali/melainkan
اٰمَنُوْا
mereka beriman
وَعَمِلُوا
dan mereka beramal
الصّٰلِحٰتِ
kebaikan/saleh
فَلَهُمْ
bagi mereka
اَجْرٌ
pahala
غَثْرُ
tidak
مَمْنُوْنٍ
terputus
الدَّيْنِ
hari pembalasan
اَحْكَمِ
paling adil/bijaksana
الْحَاكَمِيْنَ
Hakim

3.      Terjemahan Surah At-Tin
1) Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun; 2) Demi gunung Sinai,; 3) Dan demi negeri (Mekah) yang aman ini; 4) Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya; 5) Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya,pahala yang tidak ada putus-putusnya.; 6) Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.; 7) Maka apakah yang menyebabkan (mereka) mendustakanmu (tentang) hari pembalasan setelah (adanya keterangan-keterangan) itu?; 8) Bukankah Allah Hakim yang paling adil? (Q.S. At-Tin: 1-8)
4.      Penjelasan Surah At-Tin
            At-Tin menurut Imam Muhammad Abduh adalah pohon tempat Nabi Adam a.s. bernaung di surga. Adapun Az-Zaitun adalah pohon yang merupakan pertanda surutnya banjir pada zaman Nabi Nuh a.s. Ketika Nabi Nuh a.s. mengutus seekor burung dan kembali membawa daun zaitun yang membuat Nuh a.s. merasa gembira karena hal ini menandakan banjir bandang mulai surut dari permukaan bumi. Sekaligus sebagai pertanda redanya kemurkaan Allah dengan mengizinkan bumi menelan air bah agar bumi bisa dihuni kembali oleh umat manusia.
            Pohon Tin dan Zaitun, mengingatkan kita pada dua masa, yaitu masa Nabi Adam a.s. sebagai bapak manusia pertama, dan masa Nabi Nuh a.s. sebagai bapak manusia kedua. Kemudian Allah bersumpah pula memakai masa Nabi Musa a.s. dan masa Nabi Muhammad saw.
            Dalam surah ini Allah bersumpah memakai empat masa, antara lain sebagai berikut.
a.       Masa Nabi Adam a.s. “وَالتِّيْنِ”, yaitu pohon Tin tempat Nabi Adam a.s. bernaung di dalam surga.
b.      Masa Nabi Nuh a.s. “وَالزَّيْتُوْنَ” Pohon Zaitun pada masa Nuh a.s. sebagai tanda banjir bandang mulai surut.
c.       Masa Nabi Musa a.s. “وَطُؤْرِسِيْنِيْنَ ”. Gunung Sinai tempat Nabi Musa as menerima kitab Taurat yang mengajarkan ajaran Tauhid, yang telah dikotori oleh akidah watsaniyah (keyakinan keberhalaan) sebelumnya.
d.      Masa Nabi Muhammad saw. “وَهٰذَالْبَلَدِ الْاَمِيْنِ ”. Kota Mekah yang aman yang dimuliakan Allah dengan kelahiran Nabi Muhammad saw. dan keberadaan Ka’bah di sana.

            Ar-Raghib Al-Ashfahani menyatakan bahwa kata taqwim di sini sebagai isyarat tentang keistimewaan manusia dibandingkan dengan binatang, yaitu akal pemahaman dan bentuk fisiknya yang tegak dan lurus. Jadi, kalimat ahsani taqwim berarti dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya sehingga manusia dapat melaksanakan fungsinya sebaik mungkin.
            Apabila manusia hanya memerhatikan dan melayani kebutuhan jasmaninya saja dan tidak beramal saleh, manusia akan dikembalikan ke tempat yang paling rendah dan hina, yaitu neraka.
            Berdasarkan firman di atas menunjukkan bahwa manusia diciptakan dalam bentuk sebaik-baiknya. Oleh karena itu, kita sebagai ciptaan yang mulia harus senantiasa beriman dan beramal saleh dalam kehidupan sehari-hari.[4]
5.      Perintah Menuntut Ilmu
            Islam mendidik umatnya untuk senantiasa belajar atau mencari ilmu. Hal itu terbukti dengan turunnya Al-Qur’an Surah Al-’Alaq ayat 1-5 yang berisi tentang perintah membaca.
            Selain ayat-ayat Al-Qur’an, banyak juga hadis yang menjelaskan perintah menuntut ilmu. Di antara hadis tersebut adalah hadis riwayat Ibnu Abdil Barr.
a.       Lafal Hadis
عَنْ اٰنَسٍ t اَنَّ النَّبِيَّ r قَالَ : اُطْلُبُواالْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّيْنِ. فَاِنَّ طَلَبَ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلٰى كُلِّ مُسْلِمٍ اِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَضَعُ اَجْنِحَتَهَا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَطْلُبُ (رواه ابن عبد البر)
Artinya:
Dari Anas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Carilah ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam. Sungguh, para malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya untuk orang-orang yang menuntut ilmu dengan rasa senang terhadap apa yang dicarinya.” (H.R. Ibnu Abdil Barr)
b.      Penjelasan Hadis
            Hadis yang diriwayatkan Ibnu Abdil Barr menjelaskan kepada kita bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim. Perintah wajib itu ditunjukkan adanya fi’il amr yang ada di awal hadis, yaitu yang artinya carilah.
            Ilmu tersebut merupakan syarat mutlak diterimanya ibadah seseorang di samping syarat iman kepada Allah. Ilmu-ilmu yang lain, seperti kedokteran, ekonomi, dan matematika merupakan suatu keutamaan.
            Hadis di atas menyebutkan bahwa mencari ilmu itu wajib walaupun sampai ke negeri Cina. Letak negara Cina jauh dari Arab. Artinya, dalam mencari ilmu, kita wajib melakukannya meskipun tempatnya jauh. Di samping itu, Cina memunyai peradaban yang maju. Peradaban itu, tentu dalam kemajuan ilmu teknologi, bukan ilmu yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah swt. Dengan demikian, Rasulullah saw. Selain memerintahkan kita untuk mengetahui ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara pelaksanaan ibadah kepada Allah swt. juga memerintahkan kita untuk mengetahui ilmu-ilmu yang mendukung kehidupan kita di dunia.
c.       Manfaat Menuntut Ilmu
            Menuntut ilmu membawa manfaat sebagai berikut.
1)      Orang yang mencari ilmu memperoleh pahala seperti orang yang berjihad.
2)      Menuntut ilmu memunyai kebaikan lebih baik daripada salat seratus rakaat.
3)      Orang yang suka mencari ilmu akan dimudahkan jalannya menuju surga dan dinaungi para malaikat.
d.      Keutamaan Orang Berilmu
            Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Hal itu dimaksudkan agar umat Islam memunyai kedudukan dan kehormatan dalam kehidupan sehingga menjadi umat yang utama. Orang berilmu mendapatkan kedudukan yang istimewa dalam Islam. Selain itu, dengan ilmu umat Islam akan lebih khusyuk dalam melakukan ibadah.
e.       Keistimewaan Orang Berilmu
            Keistimewaan orang berilmu antara lain sebagai berikut:
1)      Memperoleh derajat yang tinggi dari Allah swt.
2)      Memiliki bekal hidup di dunia dan akhirat
3)      Memperoleh doa keselamatan dari Allah, para malaikat, dan seluruh penghuni langit serta bumi, bahkan semut di liangnya dan ikan-ikan di lautan
4)      Memperoleh keselamatan dari laknat Allah swt.
5)      Memunyai rasa takut kepada Allah swt. karena mengetahui kekuasaan-Nya.
6)      Mampu menerima pelajaran dari wahyu Allah swt.[5]
Penutup
            Materi Qur’an Hadits SMP Kelas VII adalah sebagai berikut.
1.      Membaca Surat Ar-Rahman ayat 33
2.      Membaca Surat Al-Mujadalah ayat 11
3.      Menerapkan Hukum Bacaan Panjang/ Mad
4.      Mengartikan
5.      Kandungan Surah Ar-Rahman ayat 33 serta Hadis Terkait
6.      Kandungan Surah Al-Mujadalah ayat 11 serta Hadis Terkait
Materi Qur’an Hadits SMP Kelas VIII adalah sebagai berikut.
1.      Qalqalah
2.      Hukum Ra
Materi Qur’an Hadits SMP Kelas IX adalah sebagai berikut.
1.      Membaca Surat At-Tin
2.      Arti Mufrodat (Kosa Kata/ Kalimat)
3.      Terjemahan Surah At-Tin
4.      Penjelasan Surah At-Tin
5.      Perintah Menuntut Ilmu





[1] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Untuk Kelas VII, (Jakarta:  Politeknik Negeri Media Kreatif, 2013), hlm. 3-7
[2] Kementerian Pendidikan Nasional, Pendidikan Islam: Studi dan Pengajaran Untuk Kelas VIII, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), hlm. 3-9
[3] Kementerian Pendidikan Nasional, Pendidikan Islam: Studi dan Pengajaran Untuk Kelas IX, (Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kementerian Pendidikan Nasional, 2010), hlm. 1-9
[4] Ibid., hlm. 4-5
[5] Ibid., hlm. 13-20

3 comments: